21 Ugkapan Batak,Makna Dan Artinya

 Warga Batak,21 Ungkapan Batak,Makna Dan Artinya Yang Sering Di Ucapkan Oleh Raja Hata.Dalam Masyarakat Suku Batak Ungkapan adalah ucapan yang biasa kita dengarkan dalam setiap Adat maupun disaat sedang melaksanakan momen ragam adat.


Seperti contohnya ketika Raja Hata atau para tetuah memberi nasihat,Maupun mengutarakan permintaan dalam adat, Umpasa Batak akan menjadi Bumbu ketika mengucapkan Kata-katanya.


Tujuanya Adalah supaya Apa yang diucapkan terkesan sopan dan terdengar Rendah hati di hadapan khalayak umum maupun parsahutaon(Kumpulan Adat).


Tidak mungkin Parsinabung mengucapkan kata-katanya tanpa dibubuhi beberapa Ucapan Umpasa/Ungkapan ketika melaksanakan upacara adat,Karena Jika tidak mungkin penilaian Maupun kesanya Akan kurang baik terdengar.


Karena Kepentingan inilah,begitu banyak umpasa batak yang sering kita dengar ditengah-tengah perayaan Adat Batak.Bagi siapa Saja yang saat ini sesang belajar Mandok Hata maupun ingin belajar,supaya suatu saat bisa menjadi Parsinabung.


Dimana,Parsinabung sangat dihormati dalam Adat Batak,Serta Untuk perkara Uang sebagai imbalan,Rata-rata Parsinabung akan diberikan Uang oleh hasuhuton yang memakai jasanya untuk berbicara di upacara Adat Batak.


Pada kesempatan ini,Jika kamu belum mengetahui Arti atau terjemahan Umpasa Batak dibawah ini,Maka pada kesempatan ini kami selaku admin dari blog ini akan meringkasnya dengan jelas.


Karena pada dasarnya mungkin kalian sering mendengar kata-kata Umpasa/Ungkapan Ini pada Perayaan Adat Batak,Namun belum tahu artinya,Maka hari ini kamu telah menemukan Artinya pada postingan artikel seputar Budaya Dan adat Batak di bawah ini:


21 Ugkapan Batak,Makna Dan Artinya
Batu Parsidangan,Samosir Sumatera Utara Indonesia.Tempat Sidang Oleh Raja-raja Batak Jaman Dahulu


21 Ungkapan Batak,Makna Dan Artinya Yang Sering Di Ucapkan Oleh Raja Hata


1.Pantun Hangoluan Tois Hamagoan

Artinya:Sikap hormat dan ramah dan ceroboh, ceroboh / sombong (tidak tahu adat) atas malapetaka / kematian.


2.Ansit Do Na Halion Jambar Juhut,Alai Hansitan Dope Na So Dapotan Jambar Hata.

Artinya:Menyakitkan jika tidak mendapat bagian dalam pembagian daging, tetapi lebih menyakitkan jika tidak mendapat kesempatan berbicara dalam sebuah acara / upacara. Ungkapan ini menunjukkan ukuran penting dan nilai berbicara dalam budaya Batak.

3.Nunga Bosur Soala Ni Mangan,Mahap soala ni minum.Bosur ala ni sitaonon,Mahap ala ni sidangolon.

Artinya:Sudah kenyang bukan karena makan, puas bukan karena minum. Kenyang karena penderitaan, puas karena. Pantun ini mengungkapkan penderitaan yang dialami seseorang. Penderitaan sering dianggap sebagai takdir. Takdir ditentukan oleh Debata Mula Jadi Na Bolon (Allah Sang Pencipta) harus diterima dengan pasrah saja. Ada orang yang menyerah saja pada penderitaan dan menjadi apatis. Namun untuk sebagian besar pandangan sebagai ajaran / didikan, yakni mendidik untuk tabah menghadapi segala cobaan hidup, mengalahkan dan sekaligus menanamkan rasa patuh kepada orang tua, raja, hula-hula keluarga, nenek moyang dan Debata Mulajadi Na Bolon.

4.Silaklak ni dandorung,Tu dangka ni sila-sila.Ndang iba jumonokjonok,Tu na so oroan niba.


Artinya:Kulit kayu dandorung, ke dahan kayu silasila. Dilarang mendekati, perempuan / wanita, jika tidak istri sendiri. Pantun ini menasehatkan agar seorang pria tidak melakukan pendekatan kepada perempuan yang bukan istrinya apalagi sampai melakukan perzinahan. Biasanya orang yang berzinah dihukum secara adat.

5.Pat ni satua,Tu pat ni lote.Mago ma panguba,Mamora na niose.

Artinya:Kaki tikus, Ke kaki burung puyuh. Lenyap/hilanglah si pengingkar janji, Dan kayalah yang diingkari. Seorang yang mengingkari janji, apalagi sering-sering mengingkari akan hilang (mati) karena tindakannya dan orang yang diingkari akan menjadi kaya. 

Orang yang mengingkari janji dikutuk dan ditolak oleh masyarakat umum, sedangkan orang yag diingkari mendapatan dan pemberian yang baik dari sang pemberi rahmat. Dia akan menjadi kaya dalam hidupnya. Padan adalah janji atau perjanjian, ikrar yang disepakati oleh orang yang dijanjikan. 

Akibat dari pelanggaran lebih dari hukum badan, karena ganjaran atas pelanggaran padan (janji) tidak hanya ditanggung oleh sipelanggar janji (padan), tetapi juga sampai pada generasi-keturunan berikutnya. Ada kepercayaan kutukan di dalamnya. Padan bersifat pribadi dan rahasia, diucapkan tanpa saksi atau dengan saksi. Jika padan diucapkan pada waktu malam maka saksinya dapat ditemukan bulan maka disebut padan marbulan. 

Dan jika diucapkan pada siang hari saksinya adalah menemukan hari dan matahari disebut padan marwari. Nilai menepati janji cukup kuat pada orang Toba. Ini mungkin ada budaya padan yang menyatakan perbuatan ingkar janji merupakan yang terkutuk.

6.Ansimun sada holbung,Pege sangkarimpang.Manimbuk rap tu toru,Mangangkat rap tu ginjang.

Artinya:Mentimun satu kumpulan, Jahe satu rumpun batang. Serentak ke bawah, Serentak ke atas. Umpama ini digunakan untuk kerabat sedarah dan satu keluarga (Batak: dongan sabutuha). Pepatah ini menikmati kebersamaan untuk menikmati duka dan derita, suka dan kegembiraan. Sejajar dengan ungkapan: ”ringan sama dijingjing, berat sama dipikul”.

 Dari ungkapan ini terbersit arti yang mendalam dari kekerabatan yang dianut oleh orang Batak Toba. Kekerabatan mencakup hubungan suku primordial, kasih sayang dipupuk atas hubungan darah.Kerukunan diusahakan atas dasar unsur-unsur Dalihan Na Tolu. 

Hubungan antar manusia dalam kehidupan orang Batak Toba diatur dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu. Hubungan ini telah disosialisasikan kepada generasi dari generasi berikutnya. Hubungan ini telah ditanamkan kepada anak sejak dia mulai mengenal lingkungannya yang paling dekat, misalnya dengan orang tua, sanak saudara dan kepada keluarga dekat. 

Pengertian marga dijelaskan dengan baik sesuai dengan kode etik Dalihan Na Tolu. Tata cara kehidupan, cara bicara, adat-istiadat diatur sesuai dengan kekerabatan di atas dasar Dalihan Na Tolu itu.

7.Purpar pande dorpi laho padimposhon,sip parmihi mihim laho manegai!

Artinya:Sehebat apapun tujuan dalam adat Batak, pada akhirnya untuk kebaikan. Diam tidak menyelesaikan masalah.

8.Aek godang tu aek laut, Dos ni roha sibahen na saut.

Artinya:Pantun ini mengungkapkan bahwa kesepakatan pembayaran yang akan terjadi / terlaksana.Mufakat Dengan Keputusan bersama,itulah Yang Akan membuat Sesuatu Terlaksana.

9.Ale Tuhan talu ma ahu maralohon dongan, jala sai pamonang ma ahu maralohon musu!

Artinya:Sisi positif dari orang Batak adalah tegas dalam putus asa, pantang menyerah dan berbudi luhur. Ungkapan diatas merupakan doa agar kalah melawan kawan tetapi harus menang melawan musuh.

10.Napuran tano-tano,Rangging masi ranggongan,Badanta padao-dao,Tondintai masigonggoman


Artinya: Sirih yang masih menjalar di tanah, Menjalar saling tumpang tindih-menindih. Tubuh kita saling berjauhan, Roh kita saling berdekapan. Umpasa ini memiliki nilai religi tradisional yang membandingkan sifat daunan sirih dengan pemahaman religi terhadap manusia yang terdiri dari dua unsur, yaitu tubuh dan roh. Kebiasaan dari daunan sirih apabila masih menjalar di tanah akan saling tumpang tindih dengan lainnya. Demikian juga halnya dengan kebiasaan daunan sirih itu dibandingkan dengan manusia, walaupun saling berjauhan tetapi rohnya akan saling tumpang tindih dan berdekapan satu dengan yang lain.

11.Eme sitamba tua,Parlinggoman ni si borok,Tuhanta na martua,Sudena hita diparorot


Artinya secara Harfiah : Padi yang merunduk, Tempat perlindungan berudu. Tuhan kita yang Esa, Semua kita dilindungi. Umpasa di atas, membandingkan kebiasaan binatang dengan kepercayaan terhadap ke-Esaan Tuhan. Antara sampiran dan isi hubungan yang sangat dekat sekali dengan “sifat memberikan perlindungan”. Pada sampiran, diuraikan sifat batang padi yang bernas akan selalu merunduk sehingga keadaan permukaan air di bawah pohon terlindung. Keadaan tersebut dimanfaatkan berudu untuk berlindung dari panas matahari atau intaian dari semua pemangsa. Selanjutnya, pada isi dijelaskan ke-Esaan Tuhan pancipta langit dan bumi yang telah melindungi semua umat manusia. Oleh karena itu, Tuhanlah tempat perlindungan manusia.

12.Balintang ma pagabe,Tumundalhon sitadoan,Ari muna do gabe,Molo masipaolo-oloan


Artinya : Balintang adalah pagabe, Membelakangi sitadoan. Kehidupan akan sejahtera, bila seia-sekata. Umpasa di atas, membandingkan cara kerja sistem peralatan bertenun dengan kehidupan manusia yang saling tolong menolong. 

Pada sampiran dijelaskan sistem kerja alat bertenun saling membantu satu sama lain, sehingga dapat menghasilkan ulos yang kaya akan “nilai” budaya. 

Pada isi, diharapkan kepada keluarga yang memiliki hajatan agar selalu seia-sekata atau bermusyawarah/ mufakat dalam segala hal. Dengan demikian, kehidupan akan damai sejahtera karena saling tolong-menong atau salingtopangmenopang.

13.Sise mula hata, topot mula uhum


Artinya : Sapa merupakan dari awal pembicaraan, kunjungan awal dari suatu hukum. Perumpamaan ini, masih melekat pada masyarakat Batak Toba pada saat ini. Setiap pelaksanaan adat akan mengaplikasikannya dalam bentuk pembicaraan, dimana akan terjadi pembicaraan dan jawaban yang berkenaan dengan konteks adat yang berlangsung.

Tentu saja yang digunakan untuk digunakan dalam sehari-hari tetapi menggunakan umpama/umpasa yang tertutup dan tertutup oleh keterusterangan sehingga kesannya berbelit-belit jika dipandang sebelah mata.
Penggunaan umpasa ketika upacara adat perkawinan Batak Toba memiliki makna simbolik sebagai komunikasi antara pihak-pihak yang berkompoten untuk membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan upacara. Setiap orang dari suatu misi, pada awalnya selalu ingin mencoba keinginannya dalam umpasa yang memiliki simbol. berharap-keinginan akhirnya, akan terjawab karena pembicara-pembicara dari utusan sudah dapat menangkap keinginankeinginan tersebut karena mereka sudah melakukannya dengan baik.

Selain sebagai komunikasi diantara pembicara dari setiap utusan, umpasa dapat juga berperan sebagai sarana bermohon kepada Tuhan Yang Mahaesa. Permohonanpermohonan tersebut selalu menyukai keinginan dan kepentingan serta harapan-harapan yang diinginkan atau dicita-citakan oleh setiap orang/keluarga.
Secara umum penggunaan umpasa ketika upacara adat perkawinan, jumlahnya selalu ganjil dapat terdiri dari 3, 5, dan 7 untai umpasa, tergantung pada orang yang menggunakannya karena angka-angka tersebut pada masyarakat Batak memiliki pengertian yang baik, seperti yang terdapat di bawah ini:

14.Andor halumpang ma,Bahen togu-togu ni lombu,
Saur matua ma hamu,Ro dinapairing-iring pahompu.


Artinya: Tumbuhan merambat halumpang, diikatkan ke hidung lembu. Semoga panjang umur kalian, Sampai memandu cucu.

15.Sai tubu ma tambisu,Di toru ni pinasa,Sai tubu ma dihamu anak na bisuk,Dohot boru na uli basa.


Artinya: Tumbuhlah pohon tembisu, Di bawah pohon nangka. Lahirlah putra yang bijaksana, Dan putri yang cantik dan baik budi.

16.Tubu ma dingin- dingin,Di tonga-tonga ni huta,
Saur ma hita madingin,Tumangkas hita mamora.


Artinya: Tumbuhlah pohon penyejuk, Di tengah-tengah perkampungan. Semogalah kita, Serta memiliki harta kekayaan.

17.Eme sitamba tua, Parlinggoman ni siborok, Luhut ma hita martua, Debata ma na marorot.


Artinya: Padi si tamba tua, Tempat perlindungan berudu, Semua kita panjang umur, Dilindungi Tuhan Yang Mahaesa.

18.Sahat-sahat ni solu, Sai sahat ma tu bontean, Leleng hita mangolu, Sai sahat ma tu panggabean.


Artinya: Sampailah biduk, Sampai ke tepian, Semoga panjang umur, Tercapailah cita-cita dan tujuan.
Umpasa ini selalu digunakan oleh pihak hula-hula ketika melaksanakan upacara adat perkawinan pada masyarakat Batak Toba. Umpas memiliki makna simbolik agar keluarga yang dibentuk mendapat berkat berupa hagabeon (memiliki putra dan putri), hamoraon (memiliki kekayaan harta benda), hasangapon (memiliki Wibawa dan terpandang), dan saur matua (panjang umur dan dapat mencapai cita-cita). Jika umpasa ini selesai dikatakan oleh seseorang maka seluruh hadirin menjawab dengan kata Ima tutu (demikianlah).
Pada akhir acara adat perkawinan, setelah semua pihak Hula-hula selesai memberikan ulos,petuah, dan kata-kata berkat/harapan kepada pengantin dan semua pihak paranak, maka pihak paranak akan memberikan pujian atau kemurahan hati Hula-hula yang telah memberikan berkat sebagai inti dan kata akhir dari upacara adat perkawinan. Salah seorang dari paranak menjawab diiringi dengan penggunaan umpasa, agar segala persembahan petuah, berkat, dan harapan untuk hidup dapat terwujud,terutama untuk keluarga pengantin.

19.Turtu ninna anduhur Tio ninna lote,Sude hata nauli,Sai unang muba, unang mose

Artinya:Turtu kicauan burung perkutut, Indah kicauan burung puyuh. Semua petuah/berkat
Jangan berganti, jangan berubah.

20.Naung sampulu pitu Jumadi sampulu ualu Hata na uli dahot pasu-pasu Boanon nami mai tu tonga ni jabu


Artinya: Bilangan tujuh belas, Selanjutnya delapan belas. Semua kata petuah dan berkat, Kami bawa ke dalam rumah.

21.Andor daduka tu andor purba tua Sai horas hula-hula nami jala torkis Sai gabe jala saur matua


Artinya : Tumbuhan memiliki adalah tumbuhannya, Tumbuhan purba tua, Sejahteralah hula-hula kami dan sehat, berketurunan dan diakui.

Itulah Ungkapan Bijak bahasa batak,yang biasa Di ucapkan oleh Raja Parhata,Yang memiliki makna Dan Arti yang kuat pada Suku Batak.Horas!

Posting Komentar

Silahkan Berikan Komentar Maupun Kritik Yang Membangun Dilarang Meninggalkan Komentar Yang Bersifat Asusila,Narkoba,Mari Hormati Ras,Agama,Dan Budaya.
👋HORAS👋

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak