Kedudukan Dan Peranan Tutur Tulang Dalam Suku Batak

 Warga Batak,Kedudukan Dan Peranan Tutur Tulang Dalam Suku Batak.Tulang Adalah Salah Satu Tutur Dalam Adat Batak,Dimana Tulang merupakan Saudara Laki-laki Dari Ibu sedangkan istri Dari Tulang Disebut Nantulang.

Kedudukan Dan Peranan Tutur Tulang Dalam Suku Batak
Gambar ilustrasi adat Batak


Panggilan Tutur Tulang Sangat Dihormati Dalam Kehidupan Suku Batak,Karena Tulang Adalah Sebagai Pemberi Berkat Berupa Pasu-pasu Maupun Hagabeon Bagi Berenya.

Panggilan Tulang Juga Tidak hanya di sematkan pada Saudarara Kandung laki-laki dari ibu kita,Namun Panggilan Tulang juga akan dipakai untuk Setiap yang memiliki marga sama Dengan Ibu Kandung Kita.

Dalam Adat Suku Batak,Peranan Sebagai Tulang Termasuk Kedudukan Spesial,Dimana hal itu tertuang dalam Hakekat Hidup Orang Batak yaitu Dalihan Na Tolu Baca:Kata-Kata Dalihan Natolu Dalam Bahasa Batak Toba,Mandailing,Angkola,Simalungun Karo,Pak-pak,Dan Artinya.yaitu Termasuk Dalam Hula-hula,Dongan Tubu,Boru/bere.

Peranan ini Selalu Dipakai Dalam Adat Batak,Mulai Dari;Lahir,Menikah bahkan Sampai Meninggal Mangongkal Holi.

Seperti Ungkapan Pada Suku Batak yang berbunyi"Tulang Tidak Bisa Diganti,Sedangkan Mertua Bisa Diganti."Menggantikan dan/atau menambah istri ( na nialap) bisa terjadi sedangkan mengganti ibu/mamak ( inang pangintubu) tidak bisa. Tulang  adalah saudara laki-laki ibu/mamak sedangkan mertua ( simatua) adalah hula-hula istri. Misalnya, jika seseorang mempunyai dua istri ( marsidua-dua) maka mertuanya ( hual-hula) tentu saja menjadi dua sedangkan tulang tidak bisa diganti atau ditambah.

Namun sebelum lanjut pada Topik bahasan Utama kami Juga Telah Menulis artikel tentang;

Partuturan Tulang Dalam Suku Batak Juga Memiliki Ragam Yang Terbagi Lagi Seperti berikut;

1.Tulang

Orang Yang Disebut/Dipanggil Tulang Yaitu;

-Saudara laki-laki (ito) dari ibu, disebut juga tulang kandung (tulang tanghas, baca: takkas)


-Yang satu marga dan satu generasi (nomornya sama) dengan Tulang atau bahasa Bataknya sasundut juga dipanggil tulang. Sedangkan yang satu marga dan satu generasi di atas tulang dipanggil ompung, yang satu marga dan satu generasi di bawah tulang dipanggil lae (tunggane).


2.Tulang Naposo

Yaitu;Putera Dari Ito Istri Kita(Anak Dari Lae Kita)Atau anak Dari Sudara laki-laki Istri)ada Lagi Dengan Satu Marga Dengan Mertua dan dua Generasi Dibawahnya Serta Yang Satu Marga Dengan Tulang Dan Dua Generasi Di Bawahnya.

Jika kita memanggil Tulang Naposo,Maka Dia Akan memanggil kita sebagai Amang Boru.

3.Tulang Rorobot/Narobot

Yaitu;Tulang Dari Ibu Kita,Dalam Ketentuan Lain Juga Diperantauan bahkan di bona pasogit sebagian orang mendefinisikan Tulang rorobot/narobot adalah tulangnya istri terutama pada acara pesta unjuk (pesta nikah).

4.Bona Tulang

Yaitu;Tulang Dari Ayah Kita,Atau Orang Yang Semarga Denga Ibu Ayah Kita.

5.Tulang Mangihut/Tulang Bao

Yaitu;Tulang Dari Istri Kita,Kita memiliki Panggilan Tulang Mangihut Ketika Kita sudah Menikah.

6.Tulang Pangabis

Yaitu;Tulang Dari Nenek Perempuan/Suhut(Nenek Perempuan Yang Diambil Dari Garis Ayah).

Mengutif Dari Buku Partuturan Suku Batak Peranan Tulang Dalam Budaya Maupun Adat Batak Adalah Sebagai Berikut;


Kedudukan Dan Peranan Tutuilr Tulang Dalam Suku Batak



1.Tulang Do Sitopak Parsambubuan

Ketika anak pertama lahir, maka mertua membawa sipanganon aek ni unte sekaligus mamoholi si anak baru lahir tersebut. Dan ketika si anak berumur beberapa bulan maka orang tua si anak membawa anaknya ke rumah ompung baonya dengan membawa sipanganon na tabo songon tungkol tangga karena baru pertama kali si bayi tersebut datang ke rumah ompung baonya (orang tua si perempuan melahirkan).


Setelah sampai di rumah ompung baonya maka orang tua si anak pa’abingkon si bayi kepada tulangnya, dan biasanya pada saat itulah tulangnya menggunting ( manimburi) rambut berenya. Orang tua si bayi selanjutnya memberikan sipalas roha ni tulang si anak tersebut. Menggunting rambut (manimburi) bertujuan agar ubun-ubun ( parsambubuan) si bayi menjadi kuat dan keras yang bermakna supaya si bayi sehat-sehat dan panjang umur. Tulang si bayi selanjutnya mengatakan,” magodang ma ho bere, dao ma sahit-sahit sian ho. Magodang-godang ansimun ma ho, ulluson pura-pura”. Asa songon nidok ni umpasa “Dangka ni sitorop tanggo pinangait-aithon, simbur magodang ma ho bere sitongka ma panahit-nahiton”.


 Selanjutnya, bila si orang tua bayi telah merencanakan nama bayinya maka tulang bisa menambah nama berenya. Karena itu, fungsi, peran tulang terhadap berenya sangatlah penting sebagai sitopak parsambubuan. Dan selanjutnya tulang akan memberi ulos Parompa (kain gendongan) terhadap berenya sembari mengatakan,” marompa anak dohot boru ma on dongan mu marsipairing-iringan”. 


Oleh sebab itu, paabingkon bere tu tulangna merupakan salah satu ulaon Batak-Toba yang menggambarkan betapa perlu, pentingnya tulang pada Batak-Toba. Tetapi pada era belakangan ini ulaon paabingkon bere kepada tulangnya, sekaligus memangkas rambut bere pertama kalinya sepertinya sudah jarang dilakukan terlebih di perantauan dan kota-kota besar. Padahal paabingkon bere, memangkas rambut ( manimburi) merupakan penghormatan paling pertama dari seorang bere kepada tulangnya. Makna tulang sitopak parsambubuan sudah cenderung sebatas kata-kata saja yang lama kelamaan hilang begitu saja. Akibatnya, fungsi, peran tulang terhadap berenya semakin menipis bahkan hilang sama sekali.


2.Tulang Paborhat Laho Mangoli

Salah satu jenis ulaon Batak-Toba adalah Manulangi Tulang setelah berenya beranjak dewasa ( naeng marhasohotan/mangoli). Orang tua membawa anak-anaknya manulangi tulang dengan maksud agar tulangnya memberi restu kepada berenya melangkah dan/atau kawin/berumah tangga ( mangoli/marhasohotan) karena sudah lajang (doli-doli) sehingga sudah pantas membentuk rumah tangga atau kawin.


Jika pada saat itu anak perempuan ( boru) ni tulang ada anak gadis ( anak boru) maka biasanya Batak-Toba “menawarkan” anak gadisnya tersebut kepada berenya untuk dipersunting ( dioli) sebab menurut adat Batak-Toba boru ni tulang adalah pariban anak ni namboru yang memiliki hak saling mengawini satu sama lain.


Akan tetapi, bila pada saat Manulangi Tulang anak gadis tulangnya tidak ada yang tepat, baik boru tulang na marhaha-maranggi maka tulang merestui berenya untuk mempersunting perempuan lain dengan memberikan “ulos tali-tali laho mangoli”. Karena itu timbul ungkapan mengatakan,”Hot pe jabu i hot margulang-gulang, manang ise pe dialap bere i, tong doi boru ni tulang”. Artinya, perempuan mana pun yang dipersunting berenya dia menganggap borunya sendiri. Sehingga makna ulaon Manulangi Tulang adalah menghormati tulang sekaligus meminta restu untuk melangsungkan perkawinan, baik dengan boru ni tulang maupun kepada perempuan lain.


 Perkawinan boru ni tulang dengan anak ni namboru pada masa-masa belakangan ini sudah semakin jarang, termasuk melaksanakan ulaon Manulangi Tulang sebelum melangsungkan perkawinan padahal ulaon Manulangi Tulang merupakan salah satu instrumen penting untuk menanamkan pemahaman hakiki peran dan fungsi tulang pada Batak-Toba. 


3.Tulang Pasahat Ulos Tintin Marangkup/Siungkap Hombung


Sebagaimana telah diuraikan pada poin “Tulang paborhatlaho mangoli” bahwa saat itu boru ni Tulang tidak ada yang tepat untuk dipersunting  maka Tulang merestui berenya kawin dengan perempuan lain karena anak perempuan ( boru) nya tidak ada yang tepat dan cocok “diberikan” atau dijadikan kepada berenya saat itu. 


 Ketika si bere melangsungkan pesta perkawinan ( mangadati/marunjuk/ manggarar sulang-sulang ni pahompu dohot ulaon na gok) maka tulang memberikan ulos Tintin Marangkup/Siungkap Hombung.


Pemberian ulos Tintin Marangkup/Siungkap Hombung pada Batak-Toba apabila si bere kawin (mangalap boru) dengan perempuan lain. Sedangkan apabila kawin dengan boru tulang kandung ( tulang sitoho-toho) maka pemberian ulos Tintin Marangkup/Siungkap Hombung tidak ada. Sebab tulang sekaligus menjadi mertua setelah mempersunting paribannya sendiri.


Pada Batak-Toba seorang mertua sangat dipantangkan menyebut atau memanggil nama langsung menantunya, tetapi apabila bere jadi menantu maka hal itu tidak berlaku karena mertua adalah tulang sekaligus. Sehingga bila seorang mertua memanggil atau menyebut nama menantu hal itu menandakan bahwa menantunya itu adalah bere kandung. Demikian sebaliknya, jika menantu adalah maen maka mertua laki-laki tidak pantang memanggil nama menantu ( parumaen) karena si mertua adalah amang boru. Sedangkan apabila menantu ( hela) bukan bere kandung atau parumaen bukan maen kandung ( tutur manolbung) maka sangat dipantangkan memanggil nama langsung( goar sadanak) menantu, cukup dengan memanggil marganya saja. Batak-Toba sering mengatakan,”Ndang holi-holi sinuanhon, huling-huling ni dalhophon” bermakna bahwa bukanlah keluarga ( tutur) baru tetapi sudah memiliki hubungan kekeluargaan atau kekerabatan terus menerus sehingga tida asing lagi satu sama lain.

  

 Dalam sistem kekeluargaan atau kekerabatan Batak-Toba yang menganut sistem garis keturunan patrilineal ( laki-laki) Tulang memiliki hak Ungkap Hombung terhadap bere laki-laki yakni memiliki akses langsung ( na niambangan) atas harta pusaka berenya. Sementara mertua memiliki akses langsung (baca; na niambangan) terhadap anak perempuannya ( borunya). Karena itu lah pada saat memberikan Sinamot Tintin Marangkup dari orang tua perempuan ( simatua ni bere) kepada tulang selalu muncul ungkapan mengatakan,”Molo hami di jolo hamu ma dipudi nami, molo hamu di jolo hami ma dipudi muna) artinya, bahwa ketika si laki-laki meninggal maka tulang lah paling berhak ( na ni ambangan), tetapi sebaliknya, bila si perempuan yang meninggal maka orang tua si perempuan ( hula-hula) lah paling berhak ( na ni ambangan).

  

 Perlu dipahami bahwa kedudukan Tulang Ungkap Hombung (tulang laki-laki) dengan hula-hula (simatua laki-laki) pasca perkawinan adalah hubungan pertalian dalam ulaon adat, bukan hubungan satu marga (sabutuha) sehingga kurang tepat jika ada yang menyebut haha-anggi nami sebab marhaha-maranggi atau sabutuha hanya untuk satu marga saja. Sehingga lebih tepat menyebut haha-anggi paradatan marhite bere nami atau marhite hela nami, dan seterusnya.

      

 Pada Batak Toba posisi tulang merupakan pertama dan utama bukan sebaliknya memosisikan  hula-hula segala-galanya hingga ada menyepelekan atau melupakan arti penting tulang di dalam kehidupan sehari-hari. Melupakan tulang sama artinya dengan melupakan atau tidak menghargai ibu/mamak ( inang/inong pangintubu) sembari mengagung-agungkan istri ( pardijabu, parsonduk bolon) karena hanya mengutamakan hula-hula atau orang tua istri. 


4.Tulang Pasahat Saput/Pasahat Tujung


Salah satu dalil pasti di dunia ini adalah semua manusia pasti akan meninggal, tetapi tak seorang pun manusia di atas dunia ini mampu menentukan kapan dirinya meninggal dunia sebab hal itu merupakan otoritas mutlak absolut Tuhan Yang Maha Kuasa. Ungkapan mengatakan,”Timbo dolok martimbang hatubuan ni si marhera-hera, Debata parbanua ginjang ido suhat-suhat ni hosa ni jolma manisia” menunjukkan bahwa hidup manusia ditentukan Tuhan pencipta semesta alam. Karena itu pula lah pepatah klasik mengatakan.”sebelum ajal berpantang mati”. 


Ketika seorang laki-laki ( bere) meninggal tulang berkewajiban memberikan ( pasahat) Ulos Saput, sedangkan pada saat istri bere meninggal ( mabalu) tulang berkewajiban memberikan Ulos Tujung sehingga peran dan fungsi tulang pada Batak-Toba tidak terlepas dari berenya, baik selama hidup maupun ketika meninggal dunia. Sehingga kedudukan tulang pada Batak-Toba amat sangat strategis serta tidak boleh diabaikan.


5.Tulang Manampin Saring-saring/holi


Makna ulaon adat Mangongkal Holi/Saring-saring adalah menghormati jasa-jasa orang tua sekaligus mempersatukan, mempererat hubungan harmoni seluruh pomparan orang tua tersebut. Sebab ulaon adat Mangongkal Holi/Saring-saring merupakan ulaon bersama ( ripe-ripe) seluruh keturunan orang tua, leluhur yang akan diangkat tulang-belulangnya ( holi. Saring-saring). Oleh sebab itu, sebelum dilakukan mengangkat tulang-belulang (baca; mangongkal holi/saring-saring) maka harus dilakukan musyawarah serta mufakat bersama seluruh keturunan barulah bisa dilaksanakan ulaon adat mangongkal holi/saring-saring. Tidak boleh didasarkan atas kemampuan keadaan atau harta milik orang tertentu, tetapi benar-benar kata sepakat bersama karena berkaitan dengan berbagai pihak unsur Dalihan Na Tolu (DNT).


Bila tulang-belulang ( holi/saring-saring) laki-laki yang diangkat ( diongkal) maka Tulangnya lah yang menampung ( manampin) tulang-belulang ( holi/saring-saring) berenya dengan sehelai ulos panampin. Selanjutnya, menyerahkan kepada keturunannya untuk dibersihkan untuk kemudian dimasukkan ke dalam Tambak atau Simin/Tugu. Sebaliknya, bila tulang-belulang perempuan yang diangkat ( diongkal) maka Hula-hulanya lah menampung ( manampin) tulang-belulang ( holi/saring-saring) borunya  dengan sehelai ulos panampin. Selanjutnya, menyerahkan kepada keturunannya untuk dibersihkan, dijemur, kemudian dimasukkan ke dalam peti kecil ( singkam) untuk kemudian dimasukkan ke dalam Tambak atau Simin/Tugu.


Peran dan fungsi Tulang pada ulaon adat mangongkal holi/saring-saring pada Batak-Toba merupakan hak dan kewajiban serta keharusan hukum adat sebab bila tulang-belulang orang tua laki-laki diangkat ( diongkal) tanpa dilihat, disaksikan, ditampung ( ditampin) oleh Tulangnya maka hal itu disebut mencuri ( manangko). Karena itu, kehadiran Tulang manampin holi/saring-saring pada saat mangongkal holi/saring-saring merupakan hukum wajib  agar prosesi mengangkat tulang-belulang tidak dikategorikan mencuri ( manangko) sesuai hukum adat.


Oleh karena itu, peran dan fungsi Tulang pada ulaon adat mangongkal holi/saring-saring merupakan unsur paling utama yang tidak boleh diabaikan atau ditiadakan begitu saja. Sehingga amat keliru besar apabila seorang bere ( laki-laki) tidak menghormati atau memutus hubungan dengan Tulangnya dalam kehidupan sehari-hari.Dikutif dari:https://www.gobings.com/2018/05/Inilah-Fungsi-Tulang-pada-Batak-Toba.html?



Posting Komentar

Silahkan Berikan Komentar Maupun Kritik Yang Membangun Dilarang Meninggalkan Komentar Yang Bersifat Asusila,Narkoba,Mari Hormati Ras,Agama,Dan Budaya.
👋HORAS👋

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak