Sembiring Singombak India Dari Tanah Karo

 "SEMBIRING SINGOMBAK/ INDIA  DARI TANAH KARO"

SEMBIRING SINGOMBAK/ INDIA DARI TANAH KARO

SEMBIRING SINGOMBAK/ INDIA DARI TANAH KARO


Masyarakat Karo pada dasarnya membagi diri kedalam lima Suku /Merga/Marga Besar. Kelima marga tersebut yakni Karo-Karo, Perangin-angin, Ginting dan Sembiring.


Sembiring berasal dari kata Si Mbiring yang artinya adalah si hitam. Penyebutan ini erat keterkaitannya dengan kedatangan orang-orang India ke Tanah Karo. Mereka semua berkulit hitam. Di sisi lain orang-orang Sembiring keturunan Pagaruyung juga berkulit hitam. Lebih hitam dari orang-orang yang sudah tinggal lebih dulu di tanah Karo ketika itu.Merga Sembiring terbagi menjadi 2 golongan :


SEMBIRING SI MAN BIANG. Kelompok ini bisa memakan daging anjing. Terbagi menjadi 4 sub merga yaitu : Kembaren, Sinulaki, Keloko dan Sinupayung.


SEMBIRING SI MANTANGKEN BIANG atau lebih dikenal dengan Sembiring Singombak. Kelompok ini tidak bisa memakan daging anjing karena punya sejarah sendiri. Legenda menuturkan jika Sembiring Keling berada di Aceh dan kemudian menjual seekor gajah putih kepada Raja Aceh dimana gajah itu adalah gajah biasa yang dilumuri dengan tepung beras. Pada saat Raja Aceh menerima Gajah itu tiba-tiba hujan datang turun dan terbongkarlah perbuatan dari Si Sembiring Keling itu. Lalu sang Raja pun marah dan mengejar Si Sembiring Keling ini yang melarikan diri bersama anjing peliharaannya ke arah Tanah Karo. Hingga dia tiba di depan sebuah sungai yang besar.  Disana si Sembiring Keling ini berhasil menyebrangi sungai ini dengan berpegangan pada ekor anjingnya itu. Sejak saat itu Si Sembiring Keling ini bersumpah tidak akan makan daging anjing lagi dan menamai sungai itu Kau Biang yang kemudian dianggap suci  dan hal ini diikuti oleh Sembiring Singombak lainnya.


Golongan ini mempunyai 15 sub merga yaitu : Brahmana, Colia, Pandia, Gurukinayan, Keling, Depari, Pelawi, Bunuaji, Busuk, Meliala, Maha, Muham, Pandebayang, Tekang dan Sinukapur.


Golongan merga ini dikenal juga dengan golongan Sembiring Singombak karena melakukan upacara ritual Seremai Sekali (32 tahun sekali) menghanyutkan abu pembakaran jenazah leluhur di sungai Lau Biang di Seberaya. Upacara ini lebih dikenal dengan sebutan Upacara "Pakaualuh". 


Upacara Pakaualuh ini dilaksanakan di daerah Seberaya. Sebelum bernama Seberaya kampung ini bernama Sicapah. Sicapah berasal dari kata "Capah" yang artinya piring besar tempat makan zaman dahulu yang terbuat dari kayu . Awalnya Seberaya ini disebut Sicapah karena kontur geografis wilayah ini berbentuk mirip seperti piring yang besar. Lalu kemudian diberi nama "Seberaya" oleh Klan India yang berdatangan ke daerah Dataran tinggi Karo.  


Seberaya berasal dari bahasa sansekerta , Sebe berasal dari kata Sabe yang artinya "Musyawarah" sedangkan Raya artinya Besar. Jadi Seberaya diartikan sebagai tempat musyawarah besar dan memang disanalah pusat kegiatan adat istiadat kelompok Sembiring Singombak dari India ini. 


Di Seberaya ini juga Kelompok Sembiring Singombak ini melakukan ritual Kerja Mbelin Paka Ualuh yang dilakukan setiap seremai sekali atau 32 tahun sekali. Kerja Mbelin Paka Ualuh ini adalah salah satu perayaan besar dari Sembiring Singombak yang dahulu menganut agama Pemene atau Perbegu yang bercampur dengan kepercayaan agama Hindu India. 


Pada masa itu  kelompok Sembiring Singombak melakukan upacara pembakaran mayat dan menghanyutkan abunya ke Sungai Lau Biang yang konon di Lautan luas akan bertemu dengan Sungai Gangga dari India. Jadi pelaksanaan penghanyutan abu mayat ini dilakukan secara bersamaan oleh sesama kelompok Sembiring Singombak sekali 32 tahun sekali di Seberaya yang kemudian disebut Kerja Mbelin Paka Ualuh.


Setiap marga Sembiring Singombak beserta anak berunya akan akan datang dari penjuru wilayah di Tanah Karo ke Seberaya. Mereka menyiapkan perahu perahu kecil yang indah . Mereka menyiapkan 3 kelompok perahu berdasarkan golongan atau senina ( Satu darah).


1. Golongan pertama adalah merga Brahmana, Cholia , Pandia, Guru Kinayan dan Keling.


2. Golongan kedua adalah merga Depari, Pelawi, Bunuaji dan Busuk. 


3. Golongan ketiga adalah merga Meliala, Maha, Muham , Pandebayang, Tekang dan Sinukapur.


Masing-masing pembagian golongan ini melahirkan beberapa aturan tertentu. Dimana sesama satu golongan Sembiring Singombak tidak bisa saling mengawini karena masih satu darah. Namun dengan golongan lain bisa saling mengawini karena tidak sedarah. Dengan kata lain antara Sembiring Singombak Golongan pertama tidak boleh saling mengawini . Namun golongan pertama bisa mengawini golongan ketiga dan kedua atau seterusnya 


Lalu masing masing ketiga kelompok tadi menaiki masing-masing perahu dan mengikuti aliran sungai Lau Biang dan mulai menghanyutkan abu jenazah keluarga/leluhur mereka.


Berikut sejarah beberapa merga Sembiring Singombak di Tanah Karo.


1.BRAHMANA


Menurut sejarah lisan Karo, nenek moyang merga Brahmana ini adalah seorang keturunan India bernama “Megit” dari kasta Brahmana, yang pertama sekali tinggal di Talun Kaban yang sekarang bernama Kabanjahe. Megit adalah seorang Guru yang menyebarkan agama Hindu di Karo. Anak-anak Megit dari Beru Purba keturunan pendiri kampung Kabanjahe ada 3 orang.

Anak pertama adalah Mecu Brahmana mendirikan kesain Rumah Mecu, keturunannya menyebar ke Bulan Julu dan Namo Cekala. Anak kedua Mbaru Brahmana mendirikan kesain Rumah Mbaru, keturunannya menyebar ke Singa dan Deli Tua. Anak ketiga Mbulan Brahmana mendirikan kesain Rumah Mbulan Tanduk, keturunannya kemudian pindah ke Gurukinayan yang sekarang menjadi Sembiring Gurukinayan. Dari Gurukinayan sebagian keturunannya pindah ke Perbesi dan Bekawar. Dari Perbesi sebagian dari mereka kemudian pindah ke Limang dan Kuta Buara.


2.GURU KINAYAN


Sembiring Guru Kinayan berasal dari salah seorang keturunan Mbulan Brahmana. Anak laki-lakinya yang paling sulung pergi merantau ke kaki Sinabung. Disana dia kawin dengan seorang Beru Perangin-angin dan mendapat beberapa orang anak. Suatu hari keluar dari sebuah lubang kerbau yang sangat banyak dan tidak habis-habisnya. Putra Mbulan Brahmana itu bersama anak-anaknya kemudian menutup lubang itu. Dari lubang itu akhirnya tumbuh Buluh Kayan Ersurat yaitu bambu yang bertuliskan aksara Karo.


Buluh Kayan berisi tentang obat-obatan berbagai macam penyakit. Orang-orang dari berbagai kampung datang untuk berobat dengan Putra Mbulan yang telah menjadi Dukun atau Guru. Akhirnya kampung itu semakin ramai dan disebut Guru Kinayan yang berasal dari kata Guru Buluh Kayan. Mulai saat itu semua keturunannya disebut Sembiring Guru Kinayan.


3.COLIA


Merga Sembiring Colia diduga berasal dari kerajaan Colya di India. Mereka datang ke Tanah Karo dan bermukim di Seberaya bersama Sembiring Singombak lainnya seperti Meliala, Pandia dan Depari. Mereka menyebar lalu mendirikan kampung Kubu Colia.


4.PANDIA


Di India ada sebuah kerajaan bernama Pandya. Orang-orang dari kerajaan itulah yang berimigrasi ke Tanah Karo menjadi Sembiring Pandia. Mereka berkampung di Seberaya. Lalu menyebar dan mendirikan kampung Payung. Beberapa keturunannya juga banyak tinggal di Beganding.


5.KELING


Seperti diceritakan sebelumnya Sembiring Keling lah yang menipu Raja Aceh. Dia melompat ke sungai dan ditolong oleh seekor anjing kemudian bersumpah tidak akan memakan daging anjing selama hidupnya. Sumpah ini pula yang diikuti saudaranya yang berasal dari India. Merga ini banyak mendiami kampung Keling dekat Berastagi, Juhar dan Raja Berneh.


6.DEPARI


Menurut cerita Sembiring Depari berasal dari daerah Depary di India. Awalnya Sembiring Depari bermukim di Seberaya. Lalu mereka menyebar ke Perbesi dan Munte. Mereka juga bermukim sampai ke Bekancan di Langkat.


7.PELAWI


Sembiring Pelawi berasal Pallawa di India. Mereka datang ke Tanah Karo dan mendirikan kampung Ajijahe. Seorang keturunannya mendirikan kampung Bekerah. Lalu mereka menyebar ke Kandibata, Perbesi, Perbaji, Selandi, Bekancan, dan Hamparan Perak. Guru Patimpus Sembiring Pelawi tercatat dalam sejarah sebagai pendiri kota Medan.


8.BUNUAJI


Merga Sembiring Bunuaji mendiami kuta Beganding bersama seninanya Sembiring Pandia dan menjadi Anak Beru Kuta di kampung itu. Mereka lalu menyebar ke Sukatepu dan Kuta Tengah.


9.BUSUK


Menurut sejarah Sembiring Busuk berasal dari Sembiring Depari. Mereka banyak mendiami kampung Kidupen, Lau Perimbon dan Bekancan.


Namun pembagian silsilah Sembiring Busuk apakah memang berasal dari Depari belum jelas dan bisa disanggah. Sebab Depari, Pelawi, Bunuaji dan Busuk mengaku saudara 4 SADA BAPA.


Sumber Bacaan :

1.  J. H Neumman, Sejarah Batak Karo Sebuah Sumbangan terjemahan LIPI dari naskah asli tahun 1936.

2. Brahma Putro , Sejarah Karo dari Zaman Ke Zaman Jilid I-III , Cetakan ke IV 1995

3. Video " Upacara Pemakaman Batak Karo" tahun 1917 koleksi Idn Center.

Posting Komentar

Silahkan Berikan Komentar Maupun Kritik Yang Membangun Dilarang Meninggalkan Komentar Yang Bersifat Asusila,Narkoba,Mari Hormati Ras,Agama,Dan Budaya.
👋HORAS👋

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak